Minggu, 21 September 2014

Seharus nya

Seharus nya tak ku hiraukan lagi semua yang kau katakan. Seharus nya tak ku perdulikan lagi semua luka dan perih yang kau rasakan. Seharus nya tlah ku sadari semua itu hanya menimbulkan derai air mata. Sementara aku tak mampu mengungkap betapa sakit dan luka nya hati ini kau buat.
Aku tidak lagi perduli pada ucapan orang-orang yang akan mengjudge ku karna mu. Terserah apa kata mereka, dan terserah apa kata dunia ini. Aku tak perduli lagi bila aku terus di pecundangi nya.
Sebab sebait kata yang kau tulis dan kau kirimkan pada ku pun sudah cukup membuat ku berlinang air mata. Pada siapa aku harus mengadu? Pada siapa aku harus mengungkap luka ini? Siapa yang akan mengerti air mata ku? Sementara aku menyadari semua air mata ku akan melukai seseorang yang kini ku rasakan tulus mencintaiku. Aku tidak sanggup bila harus meluikai nya. Namun aku juga tidak mampu melepas genggaman nya. Seharus nya tak ku perdulikan luka mu lagi, sebab tak pernah kau perdulikan luka ku. Seharus nya tak ku perdulikan lagi egomu yang semakin menjadi, memaksa ku untuk terus bersama mu, memaksaku untuk tetap terus mengerti, memaksaku untuk tetap terus perduli, sementara kau tak pernah melakukan nya untuk ku. Kau bilang kau adalah bintang yang sempat tertutup awan hitam hingga kau ungkap awan hitam itu sebagai penghalang untuk aku bisa melihat kehadiran mu. Sementara yang ku tahu, kau hanya hadir untuk melepas rindu mu pada ku, untuk melepas penat karna kesibukan mu. Kau hanya hadir dan rela menunggu ku berjam jam hanya untuk sekedar melepas rindu melihat wajah ku, melihat senyum ku. Aku tau kau pun tau aku tidak membutuhkan hadir mu yg hanya sekedar nya. Kau bilang, kita sempat terhalang jarak. Namun tak ku lihat sedikit pun jarak sebagai penghalang ku untuk tetap bisa berada di samping mu. Tidak kah kau lihat itu sayang?
Aku hanya bisa menghela nafas panjang dan berharap sesak ini sedikit berkurang hingga mampu membuat ku merasa sedikit lega untuk bernafas. Namun hadir mu bersama ego mu itu membuat ku sulit untuk sekedar sedikit bernafas lega. Apa kamu tau itu sayang? TIDAK.
Kau bilang aku yang paling mengerti, hanya aku yang pernah tenangkan mu dalam peluk ku saat kau menangis. Kau pandai membuat ku berharap, kau pandai merangkai kata dengan sejuta harpan kosong, kau pandai dengan mudah membuat ku melayang ke awan lalu kau jatuh kan aku ke dasar jurang. Cara apa lagi yang harus ku tempuh untuk dapat membangkitkan kepercayaan ku pada harapan yang kau berikan? Sementara satu pertanyaan ku pun tak mampu kau jawab.
Hanya pernyataan dan harapan yang kau berikan pada ku. Bukan jawaban atas pertanyaan ku. Aku tak inginkan apa pun, sementara kau inginkan banyak hal yang harus ku penuhi. Jika memang itu adil di mata mu, lalu apa yang adil untuk ku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar